Tuesday, May 12, 2015

JAMAN BATU



Fenomena  batu akik sebagai  gejala sosial baru memberikan pemahaman kepada kita bahwa masyarakat selalu menemukan jalannya sendiri untuk survive. Seperti dulu era krisis moneter 1998, yang kuat bertahan justru UKM dan kaki lima sebagai upaya terakhir menghadapi kesulitan ekonomi. Dimana-mana usaha kecil dan kaki lima pinggir jalan menjamur akibat PHK massal industri, dan pemerintah tak bisa menindak karena memang itu pilihan untuk terus hidup. 

Sekarang kondisi tersebut marak kembali. Setiap sudut di hampir setiap kota ada orang buka usaha poles dan potong batu akik. Dipinggir jalan, Kios maupun pertokoan. Setiap kali menerima order gosok dan poles batuan akik, bertarif  Rp. 25,000 - 30,000 rupiah. Dalam satu hari bisa menggosok sampai enam buah batu akik. Harga per batu akik bervariasi, tergantung jenis dan mutunya, berkisar Rp. 50,000 s/d rp. 500,000,- untuk batu menengah ke bawah, dan Rp. 1,000,000,- s/d 3,000,000,- untuk batu akik kelas atas seperti Bacan dan Bio solar Aceh. Bahkan batu akik bergambar naga baru-baru ini laku terjual dengan harga Rp. 20 milyar rupiah. 

Omzet transaksi batu akik secara nasional sekarang sudah mencapai Rp. 20 Milyar per bulan. Di Bojonegoro baru-baru ini kontes batu akik selama lima hari mencatat angka penjualan Rp. 500 juta per hari. Belum lagi kontes batu akik yang diadakan berturut-turut disejumlah kota di Indonesia. 

Nilai tambah batuan alam tersebut terbukti menjadi berkah tersembunyi bagi kebanyakan rakyat kecil yang kontan beralih profesi menjadi pebisnis batu akik, dengan berbagai multiplier efek positif buat memperbaiki kehidupan keluarga pebisnis akik.

Batu akik, yang merupakan batuan didalam bumi yang terbentuk jutaan tahun lamanya dari proses pengendapan lava letusan gunung berapi, mempunyai beragam corak dan keindahan tersendiri yang digemari dan dipakai sebagai batu penghias cincin. Yang paling banyak memakai cincin berhias batu akik biasanya kaum lelaki. 


Jaman dahulu, cincin akik biasa dipakai para raja, panglima dan hulubalang, para jagoan dan jawara sampai rakyat jelata di perkampungan. Selain sebagai simbol status dengan memakai cincin akik tertentu, beberapa jenis batuan akik juga dipercaya dapat memberikan efek percaya diri, menaikkan derajat seseorang seperti akik Junjung Drajat, atau dapat mendatangkan keberuntungan dan rejeki pada si pemakai, juga dipercaya sebagai batuan anti santet atau guna-guna seperti batu "Brajad Api" dari Wonogiri misalnya. Nabi Muhammad SAW sendiri pada sebuah riwayat disebut juga memakai cincin akik yang dipasang pada jari kelingking beliau.


Demam batu akik atau cincin akik saat ini memang benar-benar telah merasuk ke segala lapisan masyarakat. Tidak peduli artis atau pejabat dan pengusaha terkenal. Semuanya sekarang memaki  cincin akik. Acara kontes dangdut "D-Academy 2" di Indosiar juga memunculkan hadiah cincin akik bagi para juri dan kontestan yang diberikan secara cuma-cuma oleh para pendukung atau penggemar para peserta kontes "D-Academia 2". 

Batu akik jenis Calsedony, Lavender, Limau Manis, Sungai Dareh Sumbar, Red Rafflesia dan  Green Rafflesia Bengkulu, Yellow Calsedony Muratara, Giok Aceh dan Bacan menjadi nama batuan akik paling digemari. Juga bermunculan nama-nama batuan akik lain dari berbagai daerah seperti akik Garut, Pacitan dan akik Klawing dari Purbalingga, Akik Cilacap, sampai pendatang baru yakni Akik Cyclop dari pegunungan Papua muncul sebagai batu akik baru yang banyak diburu. 
  
"Kembali ke Jaman Batu" gurauan khas dari kebanyakan orang sekarang, menandai betapa merasuknya bisnis dan kegilaan terhadap batu akik di berbagai daerah. Fenomena tersebut juga memunculkan sinisme dari para kritikus sosial dan perilaku manusia sebagai "kegoblokan kolektif", dan tidak ditanggapi serius oleh kalangan ekonom "berat" karena menganggap itu hanya fenomena sosial musiman. Tetapi bahwa bisnis batu akik telah menyebabkan beberapa daerah, Aceh misalnya, telah menerapkan pajak daerah bagi penjual batu akik/mulia, menandakan bahwa efek nilai tambah dari bisnis akik telah dapat menorehkan angka yang material karena kisaran harga penjualan telah mencapai puluhan bahkan ratusan juta bagi transaksi batu akik. Angka transaksi tersebut tentu saja bukan nilai yang biasa.  

Terhadap fenomena jaman batu ini, beberapa Pemda telah menjadikan bisnis batu akik rakyat sebagai alternatif lapangan kerja baru yang didukung sepenuhnya demi kesejahteraan para pengrajin batu. Pemda Gorontalo dan Pemda Purbalingga telah mewajibkan para pegawai negeri didaerah tersebut untuk memakai "cincin akik" sebagai bentuk dukungan pemerintah daerah. 

Di Wonosari khususnya di desa Ponjong, ditemukan varian baru dari batu pancawarna, disebut dengan "Pancawarna Wonosari", dan sebuah sumber menyebut Sri Sultan Hamengkubuwono X telah memberi insentif sebesar Rp. 500 juta rupiah bagi para pengrajin akik di desa tersebut, untuk pelatihan dan pembelian alat poles dan gosok akik. di Kali Oyo, Dlingo Wonosari, juga sekarang banyak ditemui para pencari batu akik. Namun kebanyakan adalah penduduk desa sekitar, dan jika ada orang luar yang hendak mencari batu akik di Kali Oyo, jika tidak ber KTP Wonosari maka akan diusir.

Bermunculan pula kisah-kisah unik dan lucu dari demam batu akik diberbagai daerah. Di Aceh Barat, daerah Nagan Raya dan Calang, para penambang emas yang biasanya ramai memenuhi pegunungan tambang emas di daerah tersebut hampir semua beralih profesi menjadi penambang batu akik. Sehingga saat ini pebisnis akik telah muncul merata di pelosok Aceh. Disuatu kampus negeri di Jawa Barat, petugas Laboratorium Fakultas Geologi mengeluh bahwa sekarang jumlah batuan koleksi laboratorium praktek geologi banyak berkurang, entah siapa yang mencuri. Di suatu Polsek Sumatera Selatan, seorang polisi dihukum push-up oleh komandannya, karena memakai sampai tiga buah cincin akik di jari tangannya dalam apel pagi. Padahal yang diizinkan hanya dua. Di Tasikmalaya, seorang kakek dirampok oleh tiga orang pemuda mabuk, karena para pemuda tadi tertarik dengan cincin akik yang dipakai oleh sang kakek. Banyak lagi cerita lucu lainnya berkaitan dengan maraknya demam akik saat ini.

Sekarang jika anda sempat menyampaikan pesan kepada istri atau saudara perempuan anda yang telah bersuami, katakanlah bahwa jika suami atau kekasihnya belum juga pulang atau menampakkan batang hidungnya dirumah, maka jangan khawatir. Pergi saja ke lokasi gosok batu akik, pasti para lelaki sedang kumpul disana mengamati proses poles batuan tersebut. Dan kutukan atau sumpah orang-orang tua dulu yang khawatir akan masa depan anak perempuannya jika mendapatkan calon menantu belum bekerja, seperti perkataan : "mau dikasih makan batu anak orang ?" maka percayalah, sekarang perkataan tersebut terbukti. 

-Pril Huseno-






No comments:

Post a Comment

Mengkritisi Pajak bagi Pelaku UMKM

Pelaku UMKM Indonesia sedang kesal. Pasalnya, setelah merampungkan revisi PP Nomor 46 tahun 2013 (Tarif PPh Pasal 4 Ayat 2 / ...