Thursday, August 16, 2012

DEMAM 'KOREA MINDED'


Sekarang jaman gedombrengan musik Korea. Boy Band dan Girl Band (kalau dulu disebut Vocal Group) dari Korea macam Super Junior, Girls Generation (SNSD), Shinee, FX, merajai khasanah musik impor dikalangan anak muda. Tak terbayang dulu jaman 80 atau 90- an musik-musik ‘vocal group’ dari Korea bisa penetrasi pasar begitu luas dan dalam di jiwa anak-anak SD, SMP, SMA, bahkan anak muda kampus. Dimana-mana terdengar riuhnya lagu-lagu yang dinyanyikan Sheo Hyun yang cantik jelita dkk.



Saya ikut mengamati fenomena ini. Dari musik dan lagunya biasa saja, walau anak-anak muda di kampus pun bilang kalau suara para penyanyi cewek itu enak didengar, jenaka, nggemesi katanya. Khas anak muda. Tapi yang saya lihat memang penataan background artistik musiknya begitu beragam dan variatif. Permainan warna-warni latar para penyanyi sungguh amat mempesona. Belum lagi pesona para penyanyi wanitanya. Anak sahabat saya yang masih kelas satu SMP saja sampai mengidolakan Sheo Hyun sebagai kakak kandungnya, dan memaksa ibunya untuk mengakui kalau Sheo Hyun itu anak bundanya juga. Belum lagi mendengar September mendatang group-group musik Korea ini mau pentas di Jakarta, termasuk Sheo Hyun itu. Makin gila saja anak-anak SMP dan SMA sekarang..!!



Kalau jaman saya dulu, musik korea diwakili oleh “Chick Korea” dan Jepang dengan “Kitaro”nya (para master musk Jazz kontemporer tahun 80-an, mungkin sampai sekarangpun masih. Dan pada jaman itu sungguh suguhan musik yang berwibawa dan jenius dalam penataan musik), namun sekarang group-group ABG Korea ini yang tiap hari mengusik kedamaian gendang telinga saya.

Fenomena musiman semacam group-group musik Korea itu saya pastikan nanti akan habis musim, dan berganti dengan trend musik yang lain, yang kita tidak tahu apa itu. Seperti halnya dulu tahun 1986-an dunia musik kita heboh oleh demam Breakdance, musik patah-patah tulang kata orang Maluku, yang juga merajai jiwa anak muda di jalan-jalan kota dan kampung-kampung.



Tapi mari kita sejenak melihat lebih dalam lagi, ‘perang hegemoni’ dua raksasa timur Jepang dan Korea. Dari soal musik yang jelas Jepang kalah sekarang, sampai produk-produk pabrikan seperti kendaraan bermotor, alat rumah tangga, mesin-mesin pembangkit dan traktor sak keturunannya (becho, dll), alat elektronik radio, TV, Komputer, HP dan Tablet - dua raksasa ekonomi itu masih bertarung ganas. Angka-angka perolehan volume penjualan produk-produk mereka di dalam negeri ini saling berganti menyusul, walau sampai saat ini Jepang masih sebagai pemenang dalam soal investasi, namun kecenderungan akan terus membuka angin bagi produk-produk Korea.

Lihat produk Samsung yang merajai produk HP dunia, Apple pun kalah dalam pengadilan hak cipta tablet baru-baru ini. Produk Jepang tidak begitu menonjol, apalagi dalam persaingan produk HP dan komputer. Jelas sudah agak miring oleh goyangan produk Korea, walau nama besar Sony masih disegani. Tapi kalau soal musik saja Korea sudah begitu dahsyat mempengaruhi jiwa anak-anak muda dalam menggandrungi ‘vocal group’ Korea, maka soal kemenangan Korea tinggal menunggu waktu. Apalagi sekarang semua produk budaya Korea pun mulai digandrungi, bermacam-macam pernak-pernik Korea digilai sekarang ini oleh ibu-ibu dan remaja putri.




Belum lagi ‘kekalahan’ Jepang dalam soal Mutu. Produk otomotif Jepang tahun lalu babak belur oleh penarikan ribuan produk mobil Jepang berbagai merk dari tangan konsumen, gara-gara cacat onderdil yang dapat membahayakan pemakainya. Produk otomotif Korea ? yang saya tahu amat jarang terdengar. Orang awam hanya tahu mitos bahwa mobil Jepang pasti lebih unggul dari Mobil Korea. Mobil Korea berumur tiga tahun sudah harus diganti, sedang mobil Jepang bisa tahan tanpa rewel sampai lima tahun. Kenyataannya ? penarikan-penarikan produk otomotif Jepang dari tangan konsumen itu jawabnya.

Apa yang sedang terjadi dengan bangsa Jepang ? belum lagi dihantam musibah gempa dan tsunami tahun lalu. Walau secara mental orang Jepang pasti kuat dan tabah menghadapi cobaan, namun secara ‘brand image’ Jepang sebagai bangsa kalah dan penuh musibah (sama seperti kita barangkali) sekarang sudah mulai menyeruak ke permukaan. Lihat statistik kependudukan secara demografis. Penduduk Jepang sekarang lebih banyak dihuni oleh orang tua dan jompo yang pasti tidak produktif dalam hitungan ratio laba perusahaan dan pencapaian tingkat volume produksi. Adakah pengaruh kebanyakan orang tua dan generasi non produktif sudah mempengaruhi alam bawah sadar bangsa Jepang ? hingga lalai dalam penanganan soal mutu produk Jepang yang begitu melegenda ?

Padahal dulu bangsa Jepang yang mengawali ‘mitos’ Kaizen, penjagaan mutu dari awal proses sampai dengan produk akhir. Diadopsi pula Kaizen oleh sistem mutu ISO 9000 dan dinamai ‘continous improvement’. Buruh-buruh di Amerika dan Inggrispun panik sampai membakar mobil-mobil Jepang karena takut tersaingi.

Sebagai ras bangsa kuning yang sama-sama menganut ajaran Tao, maka Jepang dan Korea, juga China (walau masih kepontal-pontal dalam soal mutu) bangsa-bangsa kuning itu memang ideal dijadikan tempat belajar dan berguru soal etos kerja/budaya kerja keras. Manajer-manajer Jepang dan Korea, terkenal ‘ganas’ dalam memimpin buruh-buruh Indonesia, tak jarang main tangan. Namun, hikmah dari sikap keras para manajer Jepang dan Korea itu, tersimpan makna besar soal sikap menghargai waktu, disiplin dan etos kerja keras yang tidak dapat ditandingi. Hal-hal itu yang seharusnya kita ucapkan terima kasih kepada bangsa-bangsa ras kuning.  



Kembali ke soal persaingan dagang Jepang dan Korea, produk otomotif Korea, secara perlahan namun pasti, mulai mendapat tempat dihati penggila otomotif Korea. Mobil-mobil second Korea sekarang diburu, terhapus sudah stigma mobil KIA yang dulu sempat anjlok gara-gara cacat onderdil, namun pabrikan Korea cepat menanggapi dan mulai memperhatikan mutu.

Kemarinpun, ‘laskar Taeguk’ Korea menekuk ‘Samurai Biru’ Jepang dalam perebutan tempat ketiga sepakbola Olimpiade London. Sepakbola Korea memang sudah sejajar dengan negara-negara kampiun sepakbola. Legenda hidup Park Ji Sun eks Manchester United menaungi marwah sepakbola Korea. Dan sekarang mumpung sedang demam Korea, maka mari kita namai KARAOKE dengan Koreaoke...hahaha.... KOREAOKE...!!!!

-Pril Huseno-

No comments:

Post a Comment

Mengkritisi Pajak bagi Pelaku UMKM

Pelaku UMKM Indonesia sedang kesal. Pasalnya, setelah merampungkan revisi PP Nomor 46 tahun 2013 (Tarif PPh Pasal 4 Ayat 2 / ...