Sekarang jaman
gedombrengan musik Korea. Boy Band dan Girl Band (kalau dulu disebut Vocal
Group) dari Korea macam Super Junior, Girls Generation (SNSD), Shinee, FX,
merajai khasanah musik impor dikalangan anak muda. Tak terbayang dulu jaman 80
atau 90- an musik-musik ‘vocal group’ dari Korea bisa penetrasi pasar begitu
luas dan dalam di jiwa anak-anak SD, SMP, SMA, bahkan anak muda kampus.
Dimana-mana terdengar riuhnya lagu-lagu yang dinyanyikan Sheo Hyun yang cantik
jelita dkk.
Saya ikut mengamati fenomena
ini. Dari musik dan lagunya biasa saja, walau anak-anak muda di kampus pun
bilang kalau suara para penyanyi cewek itu enak didengar, jenaka, nggemesi
katanya. Khas anak muda. Tapi yang saya lihat memang penataan background
artistik musiknya begitu beragam dan variatif. Permainan warna-warni latar para
penyanyi sungguh amat mempesona. Belum lagi pesona para penyanyi wanitanya.
Anak sahabat saya yang masih kelas satu SMP saja sampai mengidolakan Sheo Hyun
sebagai kakak kandungnya, dan memaksa ibunya untuk mengakui kalau Sheo Hyun itu
anak bundanya juga. Belum lagi mendengar September mendatang group-group musik
Korea ini mau pentas di Jakarta, termasuk Sheo Hyun itu. Makin gila saja
anak-anak SMP dan SMA sekarang..!!
Kalau jaman saya dulu,
musik korea diwakili oleh “Chick Korea” dan Jepang dengan “Kitaro”nya (para
master musk Jazz kontemporer tahun 80-an, mungkin sampai sekarangpun masih. Dan
pada jaman itu sungguh suguhan musik yang berwibawa dan jenius dalam penataan
musik), namun sekarang group-group ABG Korea ini yang tiap hari mengusik
kedamaian gendang telinga saya.
Fenomena musiman
semacam group-group musik Korea itu saya pastikan nanti akan habis musim, dan
berganti dengan trend musik yang lain, yang kita tidak tahu apa itu. Seperti
halnya dulu tahun 1986-an dunia musik kita heboh oleh demam Breakdance, musik
patah-patah tulang kata orang Maluku, yang juga merajai jiwa anak muda di
jalan-jalan kota dan kampung-kampung.
Tapi mari kita sejenak
melihat lebih dalam lagi, ‘perang hegemoni’ dua raksasa timur Jepang dan Korea.
Dari soal musik yang jelas Jepang kalah sekarang, sampai produk-produk pabrikan
seperti kendaraan bermotor, alat rumah tangga, mesin-mesin pembangkit dan
traktor sak keturunannya (becho, dll), alat elektronik radio, TV, Komputer, HP
dan Tablet - dua raksasa ekonomi itu masih bertarung ganas. Angka-angka
perolehan volume penjualan produk-produk mereka di dalam negeri ini saling
berganti menyusul, walau sampai saat ini Jepang masih sebagai pemenang dalam
soal investasi, namun kecenderungan akan terus membuka angin bagi produk-produk
Korea.
Lihat produk Samsung
yang merajai produk HP dunia, Apple pun kalah dalam pengadilan hak cipta tablet
baru-baru ini. Produk Jepang tidak begitu menonjol, apalagi dalam persaingan
produk HP dan komputer. Jelas sudah agak miring oleh goyangan produk Korea,
walau nama besar Sony masih disegani. Tapi kalau soal musik saja Korea sudah
begitu dahsyat mempengaruhi jiwa anak-anak muda dalam menggandrungi ‘vocal
group’ Korea, maka soal kemenangan Korea tinggal menunggu waktu. Apalagi
sekarang semua produk budaya Korea pun mulai digandrungi, bermacam-macam
pernak-pernik Korea digilai sekarang ini oleh ibu-ibu dan remaja putri.
Belum lagi ‘kekalahan’
Jepang dalam soal Mutu. Produk otomotif Jepang tahun lalu babak belur oleh
penarikan ribuan produk mobil Jepang berbagai merk dari tangan konsumen,
gara-gara cacat onderdil yang dapat membahayakan pemakainya. Produk otomotif
Korea ? yang saya tahu amat jarang terdengar. Orang awam hanya tahu mitos bahwa
mobil Jepang pasti lebih unggul dari Mobil Korea. Mobil Korea berumur tiga
tahun sudah harus diganti, sedang mobil Jepang bisa tahan tanpa rewel sampai
lima tahun. Kenyataannya ? penarikan-penarikan produk otomotif Jepang dari tangan
konsumen itu jawabnya.
Apa yang sedang terjadi
dengan bangsa Jepang ? belum lagi dihantam musibah gempa dan tsunami tahun
lalu. Walau secara mental orang Jepang pasti kuat dan tabah menghadapi cobaan,
namun secara ‘brand image’ Jepang sebagai bangsa kalah dan penuh musibah (sama
seperti kita barangkali) sekarang sudah mulai menyeruak ke permukaan. Lihat
statistik kependudukan secara demografis. Penduduk Jepang sekarang lebih banyak
dihuni oleh orang tua dan jompo yang pasti tidak produktif dalam hitungan ratio
laba perusahaan dan pencapaian tingkat volume produksi. Adakah pengaruh
kebanyakan orang tua dan generasi non produktif sudah mempengaruhi alam bawah
sadar bangsa Jepang ? hingga lalai dalam penanganan soal mutu produk Jepang
yang begitu melegenda ?
Padahal dulu bangsa Jepang
yang mengawali ‘mitos’ Kaizen, penjagaan mutu dari awal proses sampai dengan
produk akhir. Diadopsi pula Kaizen oleh sistem mutu ISO 9000 dan dinamai
‘continous improvement’. Buruh-buruh di Amerika dan Inggrispun panik sampai
membakar mobil-mobil Jepang karena takut tersaingi.
Sebagai ras bangsa
kuning yang sama-sama menganut ajaran Tao, maka Jepang dan Korea, juga China
(walau masih kepontal-pontal dalam soal mutu) bangsa-bangsa kuning itu memang
ideal dijadikan tempat belajar dan berguru soal etos kerja/budaya kerja keras.
Manajer-manajer Jepang dan Korea, terkenal ‘ganas’ dalam memimpin buruh-buruh
Indonesia, tak jarang main tangan. Namun, hikmah dari sikap keras para manajer
Jepang dan Korea itu, tersimpan makna besar soal sikap menghargai waktu,
disiplin dan etos kerja keras yang tidak dapat ditandingi. Hal-hal itu yang
seharusnya kita ucapkan terima kasih kepada bangsa-bangsa ras kuning.
Kembali ke soal
persaingan dagang Jepang dan Korea, produk otomotif Korea, secara perlahan
namun pasti, mulai mendapat tempat dihati penggila otomotif Korea. Mobil-mobil
second Korea sekarang diburu, terhapus sudah stigma mobil KIA yang dulu sempat
anjlok gara-gara cacat onderdil, namun pabrikan Korea cepat menanggapi dan
mulai memperhatikan mutu.
Kemarinpun, ‘laskar
Taeguk’ Korea menekuk ‘Samurai Biru’ Jepang dalam perebutan tempat ketiga
sepakbola Olimpiade London. Sepakbola Korea memang sudah sejajar dengan negara-negara
kampiun sepakbola. Legenda hidup Park Ji Sun eks Manchester United menaungi
marwah sepakbola Korea. Dan sekarang mumpung sedang demam Korea, maka mari kita
namai KARAOKE dengan Koreaoke...hahaha.... KOREAOKE...!!!!
-Pril Huseno-
No comments:
Post a Comment