Tuesday, August 14, 2012

KILAS BALIK ACEH BARAT-SELATAN


Kuala Batee, Aceh Barat Daya 1836 - 1837
Siang begitu terik, pantai Kuala Batee Aceh Barat Daya sekarang tengah tahun 1836, kapal dagang 'Friendship' milik Amerika Serikat sedang membuang sauh parkir di kota pantai kecil tersebut. Tiba-tiba datang 5 - 6 buah perahu penduduk merapat ke badan kapal. Setelah bertukar dialog sebentar seakan-akan hendak menjual aneka barang hasil bumi Kuala Batee, mendadak seisi kapal diserang oleh rombongan penduduk tersebut. Nakhoda 'Friendship' beserta 5 anak buah kapal tewas ditempat, yang lain melompat ke laut.

Segera setelah kapal dapat diambil alih, barang-barang diatas kapal diantaranya pakaian-pakaian mewah dan beberapa barang berharga lain dikuras dan dibawa ke darat. Peristiwa penyerangan dan perampasan isi kapal dagang ini oleh penduduk Kuala Batee adalah puncak kemarahan penduduk pantai Barat - Selatan Aceh terhadap ulah beberapa kapal dagang milik Barat, yang beberapa kali menipu penduduk lokal, dengan membawa lari barang hasil bumi secara diam-diam setelah transaksi perdagangan yang belum dilunasi. 

Peristiwa penyerangan dan pembunuhan awak kapal dagang Amerika 'Friendship' segera menjadi buah bibir kota-kota dagang utama abad 19, dari Batavia, Malaka, Canton, sampai ke kota Salem di Amerika Serikat, tempat companion 'Friendship' bermarkas. Penduduk kota Salem yang marah meminta otoritas berwenang terutama Presiden Amerika waktu itu - Andrew Jackson - untuk membalas perlakuan itu. 

Andrew Jacksonpun kemudian mengirim USS Potomac untuk memberikan 'penghukuman' setimpal kepada penduduk Kuala Batee. Awal tahun 1837, USS Potomac merapat ke laut lepas pantai Kuala Batee dan mengirimkan satu group mata-mata dan diketahui kemudian, bahwa penduduk Kuala Batee waktu itu telah banyak memakai pakaian warna-warni yang nampaknya adalah hasil rampasan kapal dagang 'Friendship'. Setelah peringatan kepada penduduk dan tokoh-tokoh Kuala Batee untuk menyerahkan para pelaku penyerangan 'Friendship' dijawab dengan lebih baik mati, maka meriam-meriam kapal USS Potomac menyalak menghancurkan bebarapa benteng yang ada di sekita Kuala Batee, berikut kota dagang kecil tersebut.

Pertempuran seru terjadi dalam hitungan siang hingga sore hari, dan menewaskan banyak penduduk serta beberapa tokoh utama Kuala Batee. Pasukan Amerika yang turun ke darat dapat menguasai beberapa benteng dan kota Kuala Batee, sehingga memaksa penduduk mengungsi ke hutan-hutan dipinggiran kota.  Menjelang mundur, pasukan Amerika dari atas kapal sekali lagi menghancurkan kota dengan tembakan meriam hingga rata dengan tanah.

Meukek, Aceh Selatan 1838-1839
Kegeraman karena tertipu oleh pedagang Barat juga melanda Meukek, Aceh Selatan, dua jam perjalanan dari Kuala Batee. Setelah peristiwa Kuala Batee 1837, kapal dagang Amerika ‘Eclipse’ juga dirampok dan dijarah di perairan Meukek pada 1838. Amerika segera membalas dengan mengirim USS Columbia dibawah Komodor Reid, untuk menghukum para ‘perampok’. Habislah kota pelabuhan Meukek dibombardir dan diserang lewat darat. Rupanya kapal perang Amerika hanya membawa missi menghancurkan dan tidak menduduki.

Setahun kemudian pada 1839, kapten kapal dagang Perancis 'Van Yeeghem' tewas oleh penyerangan terhadap kapalnya, juga oleh penduduk Meukek. Gaya Koboi Amerika lalu ditiru oleh kapal perang Peracis ‘La Drogdowe’ dengan sekali lagi membombardir Meukek. Tapi penduduk dapat melawan dan mengungsi ke pinggiran kota sampai pasukan Perancis pergi.

Meulaboh, Teuku Umar
Gaya penyerangan dan pembajakan kapal dagang juga dilakukan oleh pejuang Teuku Umar. Setelah mendengar lewat seorang pelaut Amerika bahwa seorang kapten kapal dagang Denmark berniat mencelakainya dengan menjebak di atas kapal dan kemudian menyerahkannya ke pihak Belanda untuk mendapatkan hadiah, Teuku Umar lalu mengundang kapal dagang Denmark itu ke Meulaboh.

Kapten kapal tersebut beserta 5 anak buahnya juga tewas disergap diatas kapal, setelah Umar pura-pura menurut diundang ke atas kapal beserta sekitar 10 orang anak buahnya. Istri kapten kapal berkebangsaan Amerika dan seorang kelasi Denmark lalu disandera Teuku Umar ke pedalaman Meulaboh selama beberapa  bulan. Cut Nyak Dhien lah yang repot mengurus wanita Amerika itu diperkampungan pedalaman Meulaboh, bak mengurus pengantin, baik dari makanannya maupun keperluan-keperluan pribadi wanita cantik tersebut. Bahkan ketika sandera dilepas dengan tebusan sekian puluh ribu dollar Amerika oleh pihak Belanda dan pemilik kapal, istri mendiang kapten kapal tersebut sudah bisa pula berbahasa Aceh.     

Demikianlah, persinggungan Aceh dengan dunia internasional sebelum penyerbuan Belanda pada 1873 memang amat intens. Abad merkantilis telah melahirkan petualang-petualang Eropa dan Amerika yang mencari tanah jajahan untuk di rampas dan dibawa hasil buminya guna  mengejar keuntungan perusahaan-perusahaan dagang, dengan mengerahkan kekuatan militer.

Dan hubungan yang erat dengan Aceh - Turki menyebabkan Portugis merasakan kedahsyatan armada laut Aceh zaman Sultan Iskandar Muda ketika menyerbu Malaka. Turki memberikan bantuan sebanyak 500 meriam ke pihak Aceh dan mengirimkan juga 400 orang pejuang Turki untuk bergabung dalam pasukan Sultan untuk menghancurkan Portugis.
Sisa-sisa kekuatan Sultan Iskandar Muda itulah yang membuat Belanda harus menghadapi perang 40 tahun dengan pihak Aceh, bahkan sampai tahun 1927, 15 tahun sebelum Perang Dunia II, Belanda masih harus bertarung nyawa dalam pertempuran dengan pejuang-pejuang Aceh di kota-kota Aceh Barat - Selatan: Meulaboh, Blang Pidie, Kota Fajar, Bakongan, Tapaktuan dan Kandang, sebelum kemudian Belanda terusir dari tanah Aceh oleh Militer Jepang.


Disarikan dari buku 'Aceh Sepanjang Abad Jilid I'

No comments:

Post a Comment

Mengkritisi Pajak bagi Pelaku UMKM

Pelaku UMKM Indonesia sedang kesal. Pasalnya, setelah merampungkan revisi PP Nomor 46 tahun 2013 (Tarif PPh Pasal 4 Ayat 2 / ...